Menjalin Hubungan yang Tulus dan Bermakna
Bagiku, hubungan dengan orang lain bukan sekadar basa-basi atau bertukar sapa. Hubungan adalah ikatan yang bernilai, sesuatu yang harus dirawat agar tetap hangat dan bertahan lama. Aku selalu berusaha membangun relasi dengan orang-orang yang bisa aku percaya, bahkan dengan mereka yang aku sayangi. Sebab aku tahu, tidak mudah menemukan orang yang benar-benar tulus, maka ketika aku sudah menemukannya, aku ingin menjaganya sebaik mungkin.
Menghargai Usaha Kecil yang Bermakna
Aku sering merasa bahwa sekecil apa pun usaha orang lain untukku, itu tetaplah berharga. Misalnya, ketika seseorang mengingatkan aku untuk beristirahat saat terlalu sibuk, atau sekadar menanyakan apakah aku sudah makan—hal-hal kecil itu justru sangat berarti bagiku. Karena itu, aku berusaha untuk tidak pernah meremehkan perhatian, tenaga, maupun waktu yang orang lain berikan.
Aku adalah tipe orang yang menghargai effort. Bagiku, ketika seseorang sudah mau meluangkan waktunya, itu artinya dia tulus. Waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kembali, jadi jika ada orang yang meluangkannya untukku, aku merasa dihargai. Mungkin karena itu pula aku terbiasa membalas dengan cara yang sama: memberi lebih banyak dari apa yang orang lain duga.
Menolak Hubungan yang Bersifat Transaksional
Namun, ada satu hal yang benar-benar tidak aku sukai: hubungan yang bersifat transaksional. Yang aku maksud dengan transaksional bukanlah sekadar hitung-hitungan kecil dalam keseharian, melainkan hubungan yang dasarnya hanyalah kepentingan. Aku tidak ingin seseorang bersikap baik kepadaku hanya karena aku memberinya uang, membayar jasanya, atau karena ada sesuatu yang bisa ia manfaatkan dariku.
Bila hubungan dibangun di atas asas manfaat semata, maka ketulusan akan hilang, berganti dengan kepura-puraan. Bagiku, itu bukanlah hubungan yang sehat. Aku ingin dihargai karena diriku sendiri, bukan karena apa yang aku miliki. Aku juga ingin setiap kebaikan yang aku berikan diterima dengan hati, bukan dianggap sebagai kewajiban yang lahir dari transaksi.
Aku sangat menyayangkan orang-orang yang hanya datang ketika memiliki kepentingan. Sebab jika aku menyadari hal itu, perlahan tapi pasti aku akan mundur. Aku tidak mau menempatkan diri dalam lingkaran relasi yang dangkal dan semu.
Ketulusan sebagai Inti Hubungan
Ketulusan adalah inti dari segalanya. Dari ketulusan, tumbuh rasa saling menghargai, saling mendukung, dan saling menjaga. Aku percaya, ketulusan mampu membuat hubungan bertahan, meski diterpa jarak maupun ujian. Aku ingin hubungan yang aku bangun bukan hanya indah di awal, tetapi tetap hangat sampai kapan pun.
Karena pada akhirnya, hubungan yang sejati bukanlah yang diukur dari seberapa banyak yang kita dapatkan, melainkan seberapa dalam kita mampu saling menghargai.
Penutup: Refleksi Tentang Relasi
Setiap orang tentu punya cara sendiri dalam membangun dan menjaga hubungan. Namun, aku percaya satu hal yang berlaku untuk siapa pun: ketulusan adalah kunci. Tanpa ketulusan, hubungan hanya akan menjadi ruang penuh kepura-puraan. Dengan ketulusan, bahkan hal-hal kecil bisa menjadi sangat berarti.
Mungkin inilah saatnya kita semua berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: apakah hubungan yang kita jalani selama ini dibangun atas dasar kepentingan, atau atas dasar ketulusan? Pertanyaan sederhana ini bisa menjadi cermin yang membantu kita menentukan, mana hubungan yang layak untuk diperjuangkan, dan mana yang sebaiknya dilepaskan.
Karena sejatinya, hubungan yang tulus adalah hubungan yang dirawat dengan hati, bukan dengan perhitungan.
Views: 0
Posting Menjalin Hubungan yang Tulus dan Bermakna ditampilkan lebih awal di .
from https://ift.tt/zCPvuOb
via IFTTT
Komentar
Posting Komentar