Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Es Tebak: Es Campur Yang Legendaris

Foto oleh: kaba12.com Es Tebak adalah minuman khas yang berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Seiring perkembangannya, minuman ini bisa dijumpai di berbagai daerah. Namanya memang cukup unik, namun soal rasa dijamin akan membuat kamu ketagihan saat mencicipi. Biasanya dijadikan sebagai hidangan penutup atau sekedar pelepas dahaga saja. Kata “Tebak” berarti olahan dari tepung beras dan sagu yang dimasak dengan air kapur sirih dan garam, lalu dicetak tipis. Bentuknya sama persis dengan cendol, hanya saja berwarna putih dan teksturnya lebih keras. Biasanya Tebak dihidangkan dengan campuran santan matang, sirup berwarna merah, susu kental manis, tapai ketan hitam, kolang-kaling, cincau hitam, alpukat, nangka, agar-agar dan es batu serut. Saat ini, Es Tebak juga sudah mengalami banyak inovasi baik dalam rasa atau campurannya. Konsumen bisa request sesuai selera. Hmmm…kebayang kan gimana enaknya. Apalagi dinikmati saat cuaca panas atau berbuka puasa. Jika belum sempat berkunjung ke

Sambut Datangnya Ramadan Dengan Pelaksanaan Meugang

Foto oleh: rencongpost.com Bagi sebagian orang, kata “Meugang” tentu terdengar cukup asing di telinga. Tradisi unik ini, sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu dan hanya bisa kamu temukan di Aceh, Indonesia. Meugang atau Makmeugang adalah tradisi membeli, mengolah dan menikmati daging bersama-sama dengan masyarakat. Biasanya dilaksanakan saat sebelum Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan mendapatkan daging sapi/kambing, tetap mengupayakan membeli ayam/itik. Sebab bagi sebagian masyarakat, daging itu wajib ada walaupun hanya sedikit. Makanan yang disajikanpun, sangat menggugah selera seperti kari kameng atau kari kambing, sie reuboh atau daging rebus, sie puteh atau daging putih, lemang tape, dan lainnya. Selain itu, biasanya masyarakat juga memakai baju baru saat pelaksanaannya. Meugang juga menjadi wadah mempererat tali silaturahmi dan bersedekah kepada yang membutuhkan. Sebab itu, tidak sedikit warga yang pulang ke kampung hala

Kue Tetu, Penganan Nikmat Khas Sulawesi

Rasanya rugi saat berkunjung ke suatu daerah, namun melewatkan penganan khasnya. Apalagi jika berkesempatan mengikuti proses pembuatannya dari awal. Orang lokal menyebutnya Kue Tetu, namun di daerah lain ada yang menamakannya Kue Perahu. Hal ini tentu saja dikarenakan wadahnya yang terlihat menyerupai perahu mungil. Wadah tersebut biasanya menggunakan pandan wangi, yang terlebih dahulu dijemur agar lebih elastis dan tidak mudah retak. Namun bila sukar mendapatkannya, alternatif lain adalah menggunakan daun pisang. Kue Tetu terbuat dari tepung terigu dengan campuran santan kental, kemudian ditambahkan gula merah cair di bagian dalamnya. Meski populer sebagai penganan khas berbuka puasa pada saat Ramadan, kue ini juga bisa ditemukan di bulan lain sebagai jajanan pasar. Harganya pun juga sangat terjangkau. Nah, foto diatas adalah Kue Tetu buatan ibu-ibu Dapur Umum Loli Ta(siburi), Donggala, Sulawesi Tengah (pasca bencana nasional Sulsel, 2018). Rasanya manis karena dibuat dengan cint

Ini Dia Permainan 90’an Yang Kembali Booming Selama #DiRumahAja

Tahukan kamu, kalau selama #DiRumahAja membuat setiap orang mulai berfikir gimana cara nya agar tidak merasa bosan ataupun jenuh? Nah, percaya ataupun tidak, permainan yang pernah booming pada tahun 90’an ini kembali naik daun alias banyak dimainkan oleh masyarakat selama dirumah. Bagimana tidak? 3 permainan ini dijamin tidak membosankan bahkan tidak dimakan usia walaupun sudah ada sejak tahun 90’an. Penasaran permainan apa itu? Yuk simak lagi dibawah ini: Monopoli Gak pernah salah kalau permainan ini disebut dengan permainan berstrategi. Kenapa? Iyap, karena disini kamu dimodalkan uang mainan yang bisa kamu pakai untuk membeli tanah, rumah hingga hotel di suatu negara. Kamu juga bisa mengambil pajak bagi orang-orang yang singgah di daerah kekuasaanmu. Uniknya, permainan ini tidak memakan waktu yang sedikit, alias memerlukan waktu panjang sehingga sangat cocok buat kamu yang ingin menghabiskan waktu luang selama #DiRumahAja. Sumber: Justisia Ular Tangga Ular tangga adalah perm

Congklak, Permainan Tradisional Untuk Pembentukan Karakter Bangsa

Indonesia itu luas dan kaya, bukan hanya dari Alam yang Indah tapi juga budaya, bahasa, pakaian, makanan, tarian hingga permainan tradisional . Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang mulai ditinggalkan karena anak-anak lebih memilih memainkan gadget. Sumber: Dokumentasi Pribadi Permainan ini memiliki banyak nama. Di Jawa permainan ini di kenal dengan sebutan dhakon. Sumatra menyebutnya congkak sedangkan di Lampung dikenal dengan nama dentuman lamban dan di beberapa wilayah di Sulawesi menyebutnya dengan Mokaotan, Manggaleceng, Aggalacang dan Nograta. Congklak dimainkan oleh dua orang dengan berhadapan menggunakan papan yang terbuat dari kayu atau plastik. Papan terdiri dari 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan dua lubang besar di kedua sisi nya. Masing-masing pemain dibagi tujuh lubang kecil dan satu lubang besar. Untuk memainkan permainan ini, dibutuhkan 98 bijian yang biasanya terbuat dari kerang, biji-bijian seperti sawo dan batu-batu kecil. 14 lubang keci

Cerita Hororku: Pengalaman Perdana Pendakian Gunung Sinabung

Disaat sedang WFH begini, aku pribadi lebih senang menghabiskan waktu dengan beraktifitas di kamar kecilku. Sekedar membaca buku, mengedit foto, atau yang lainnya. Nah…saat asik bersantai di tempat tidur, tiba-tiba muncul ingatan tentang kejadian 8 tahun silam. Kenangan yang entah bisa ku anggap menakutkan, menyenangkan, atau mengesalkan. Begini kisahnya. Saat itu, aku masih menjadi mahasiswa pada salah satu universitas yang cukup terkemuka di Pulau Sumatera dan tergabung dalam UKM Pramuka-nya. Kemudian, beberapa anggota di UKM tersebut berencana akan melakukan pendakian ke Gunung Sinabung. Banyak diantaranya yang ingin bergabung. Semuanyapun dipersiapkan mulai dari logistik, transportasi, hingga fisik. Saat itu, kami semua juga masih ilmu pendakian dan memakai perlengkapan dan pakaian seadanya. 24 Desember 2012, tim berkumpul dan berangkat dari Medan menuju tanah Karo. Tibalah akhirnya di Danau Lau Kawar; titik mula jalur pendakian Sinabung. Kami beristirahat sembari menunggu rekan-

Podcast BPJ Edisi Traveling Horor

Halo sobat BPJ dimanapun kalian berada Pada gabut karena lockdown? Pada bete dirumah aja? Ada yang kangen sama cerita- cerita horor? Ada yang kangen sama sensasi bulu kudung merinding? Kami mengajak kalian semua untuk mendengarkan kisah yang satu ini. Yapss… Pada episode ke-2 Podcast Teror ini akan menceritakan kisah yang bisa dibilang sangat menyeramkan dari salah satu warga @delia_wn -Dari mulai diganggu dengan suara -Diganggu juga oleh bebauan -Sampe dikejutkan langsung oleh sosok mahluk halus. Dengerin podcast ini sendirian, Pasang earphone kalian Mari rasakan ketakutan! Tim Podcast BPJ Terima kasih Salam Teror BPJ Toge7her Posting Podcast BPJ Edisi Traveling Horor ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta . from Backpacker Jakarta https://ift.tt/2Rnd1p1 via IFTTT

Cara Tepat Membuang Masker Bekas Pakai

Seperti yang kita ketahui bahwa penyebaran Covid-19 telah membuat masyarakat Indonesia gencar dalam menggunakan masker, tidak terkecuali pada masker sekali pakai. Masker pun semakin banyak dijual di pasar tradisional, modern, dan juga secara online dengan harga yang semakin hari semakin tinggi. Hal ini pun tidak menutup kemungkinan ada oknum melakukan kecurangan dalam mengolah kembali masker bekas pakai. Mari bijak dalam membuang masker, demi mencegah tindakan para oknum nakal yang mengambil keuntungan di tengah pandemi ini. Berikut caranya: Lepaskan masker melalui bagian tali dari belakang kepala/telinga. Foto: farmaku.com Lipat masker agar kuman dan droplet yang menempel berada di posisi bagian dalam masker. Disinfeksi-kan masker bekas tersebut disinfektam/clorin/cairan pemutih. Foto: indozone.id Gunting atau rusaklah masker pada bagian penutup beserta talinya. Buang sesegera mungkin masker bekas ke dalam tempat sampah tertutup. Cuci tangan sampai bersih dengan sabun a

Bagaimana Mencegah Penularan Covid-19 di Perjalanan?

Seperti yang kita ketahui bahwa masih banyak dari kita yang belum mendapatkan kebijakan untuk Work From Home atau biasa yang dikenal sebagai WFH. Hal tersebut memaksa sebagian orang untuk tetap melakukan perjalanan di luar rumah. Berikut informasi untuk mencegah penularan Covid-19 atau virus Corona dalam perjalanan. Semoga bermanfaat ya! Cari tahu cuaca di tempat tujuan, bawa pakaian yang cukup dan sesuai agar tubuh tetap hangat. Foto: devinisimu.blogspot.com Pakai masker ketika bepergian dengan bus, kereta api, atau pesawat terbang dan minum air putih yang cukup. Istirahat teratur selama dalam perjalanan, konsumsi makanan bergizi seimbang dan berolahraga untuk menjaga daya tahan tubuh. Foto: jurnas.com Hindari berada di keramaian dalam waktu lama dan kenakan masker. Foto: ayobandung.com Gunakan barang sekali pakai atau cuci kembali barang yang sudah digunakan. Foto: rinso.com Hindari kontak dengan satwa liar, termasuk kucing dan anjing liar. Foto: cnnindonesia.com

Pertahanan COVID-19 di Berbagai Benda

Katanya Covid-19 tidak bisa bertahan di udara? Tapi kenapa di artikel ini malah disebutkan bisa bertahan lama hingga 3 jam? Sebuah studi yang sedang ditinjau oleh para ahli menunjukkan ketakutan ini. Dan penelitian lain yang diterbitkan 4 Maret di JAMA, juga menunjukkan bahwa virus bisa diangkut melalui udara. Studi yang berbasis di Singapura menemukan virus pada ventilator di kamar rumah sakit pasien yang terinfeksi, dimana virus hanya dapat menjangkau melalui udara. Berikut ini merupakan berbagai media yang bisa menjadi perantara penyebaran Covid-19: Udara, 3 jam Foto: devinisimu.blogspot.com Tembaga, 4 jam Foto: intisari.grid.id Aluminium, 2-8 jam Foto: indotrading.com Sarung tangan operasi/medis, 8 jam Foto: indotrading.com Kardus, 24 jam Foto: literasisiswa.blogspot.com Plastik, 2-3 hari (Kasus khusus sampai 5 hari) Foto: investor.id Besi/baja, 2-3 hari Foto: arafuru.com Kayu, 4 hari Foto: id.wikipedia.org Kaca, 4 hari Foto: archipidi.net Ke