Istana Kadriyah atau Kraton Kadriyah merupakan salah satu bangunan yang menjadi bukti berdirinya Kota Pontianak pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Lokasinya secara administratif berada di kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
Sejarah menyebutkan bahwa pada tahun tersebut telah berdiri 2 bangunan berupa Masjid Jami dan Istana Kadriah.
Selain itu juga ada pembukaan hutan di Persimpangan sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk tempat tinggal.
Sejarah Keraton Kadriyah
Kraton Kadriah yang sudah berusia lebih dari 300-an tahun ini memiliki kompleks bangunan yang megah yang berdiri di tepi sungai.
Keraton Kadriyah Memiliki ukuran sekitar 30 x 50 meter, bangunan istana terdiri atas 3 tingkat dan hal inilah yang menjadikannya sebagai istana terbesar yang dimiliki Kalimantan Barat.
Sejarah singkat mengungkapkan bahwa Sultan Abdurrhaman bertahta hingga tahun 1808, kemudian selanjutnya digantikan oleh Sultan Kasim Alkadrie hingga tahun 1819.
Karena ditawan Jepang pada tahun 1944 Sultan Muhammada Alkadri yang sempat menjabat tahta, akhirnya digantikan oleh Sultan Thah Alkadri pada tahun 1945.
Hal ini Ditandai dengan masuknya tentara sekutu setelah mengalahkan Jepang, kemudian Sultan Hamid II Alkadrie (sang pencipta lambang Garuda/ lambang Negara Indonesia).
Ia dinobatkan sebagai Sultan Pontianak tahun 1950 menjadi saksi kerajaan Pontianak telah dilebur namanya menjadi Provinsi Kalimantan Barat.
Koleksi Keraton Kadriyah
Didalam Kraton Kadriah ini terdapat banyak sekali benda peninggalan sejarah.
Seperti kursi singgasana, tempayan, keris pusaka, tombak penobatan, pedang, cermin seribu, baju kesultanan.
Didalam Istana Kadriyah atau Kraton Kadriyah Ada juga Alqur’an serta masih banyak benda sejarah lainnya.
Alqur’an yang terdapat di dalam istana memiliki umur lebih dari2 abad dan merupakan Alqur’an yang langsung ditulis sendiri oleh Sultan Abdurrahman.
Cermin seribu tersebut kaca pemberian orang Perancis pada tahun 1823, disebut seribu karena pantulannya mampu memantulkan bayangan kita hingga ribuan kali.
Adat istiadat yang masih dijalankan di kereton ini adalah acara perkawinan, gunting rambut bayi, tepong tawar dll, dimana orang luar kraton tidak diperkenankan untuk melakukan pernikahan di dalam kraton.
Sedangkan Tepung tawar sendiri merupakan acara pembersihan keris pusaka oleh para ahli waris Kesultanan Pontianak di Keraton Kadriah.
Berada tepat di depan Keraton terdapat meriam stimbol karena meriam ini yang menentukan letak istana keraton.
Keraton Kadriah memiliki lambang lancang kuning, sebab lancang kuning merupakan alat transportasi laut tradisional Kasultanan Pontianakserta lambang dari kraton.
Pada bagian depan Kraton ini bisa dijumpai juga sebuah Lonceng yang akan dibunyikan jika ada keadaan darurat.
Nah, kalau kamu belum mengunjungi Keraton Kadriah ini kamu sama saja dianggap belum pernah mengunjungi Kota Pontianak.
Suasana yang dihadirkan pun sangat indah karena pemandangannya yang langsung menembus dari pinggir sungai Kapuas.
Sumber: wikipedia.id & kesultanankadriah.blogspot.com
Hits: 8226
Posting Wisata Sejarah Keraton Kadriah Pontianak, Kalimantan Barat ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta.
from Backpacker Jakarta https://ift.tt/4w5h2Dp
via IFTTT
Komentar
Posting Komentar