Langsung ke konten utama

Liputan Trip Pendakian Gunung Pangrango via Cibodas

Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara, aku terima ini semua melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu.” (Soe Hok Gie, 1966)

Pada tanggal 22-23 September 2018 lalu Backpacker Jakarta (BPJ) kembali mengadakan trip pendakian gunung. Kali ini gunung yang dituju adalah Gunung Pangrango, yang jika ditelaah maka puncaknya merupakan tanah tertinggi di Jabotabek (3.019 mdpl).

Bagi BPJ sendiri katanya ini adalah trip perdana, walaupun sebagian dari kami ada yang pernah mendaki, baik Gunung Gede/Pangrango maupun keduanya. Sebanyak 27 orang peserta trip menapaki kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) dari kawasan Cibodas menuju jalur pendakian yang bercabang di atas sebelum puncak Gede dan Pangrango. Untuk trip kali ini para peserta dikenakan biaya sharecost sebesar Rp. 229.228 untuk member BPJ dan Rp239.228 untuk nonmember.

Perjalanan menuju Cibodas

Rombongan yang dikoordinir oleh duo CP/contact person utama (Ahmad dan Rokhan) dan 1 back up ini berangkat menggunakan satu mobil tronton TNI dan angkutan kota (angkot) dari sekret BPJ pada Jumat 21 September malam pukul 23.45 WIB. Di perjalanan sekitar tol Jagorawi, angkot sempat terkendala dengan ban yang bocor. Namun setelah diperbaiki tak lama kedua mobil kembali melanjutkan perjalanan ke Cibodas dan tiba sekitar pukul 2 dini hari di area warung sekitar Kebun Raya Cibodas.

Setelah sampai, para peserta packing ulang untuk memisahkan barang-barang yang dapat ditinggal disana serta beristirahat hingga pukul 5 pagi sebelum bersiap mendaki. Tidak lupa kami menyantap sarapan sebagai modal tenaga kami untuk mendaki, di samping beli nasi juga untuk makan siang ketika waktu istirahat. Tepat pada pukul 6.00 WIB, rombongan yang diantar dengan menggunakan angkot selama 3 kali bolak-balik akhirnya tiba di basecamp/pintu masuk.

Awal pendakian

Track pendakian kami dimulai dengan patok penanda hektometer 0 (nol) di tugu selamat datang TNGGP. Sebelum mulai track menanjak kami menyempatkan diri untuk ‘foto keluarga’. Di pos pengelola, tidak lupa CP melakukan briefing dan memimpin doa demi lancarnya pendakian kami. Grup pendakian terbagi jadi tiga kelompok besar, pertama tim yang  berjalan paling cepat. Tim ini dipimpin oleh CP Ahmad (yang entah kenapa dipanggil ‘Utad’).

Kebetulan saya mengikuti dia sepanjang perjalanan naik, bersama sekitar 8 orang, antara lain Nuning, bunda Elok, tante Penti, Jeni, Iwan, dan tiga lainnya. Mengejar Ahmad rupanya sangat melelahkan karena dia seperti Yamaha yang semakin dikejar, semakin di depan. Saya tebak mungkin ‘cc mesin’nya dia sudah di-setting lebih besar dan dengkulnya sudah racing, haha. Ya, sebagai leader pendakian memang dia berusaha mengejar durasi pendakian agar kami semua tidak sampai di camping area pada sore atau bahkan malam hari.

Sebenarnya tim trip BPJ beserta CP trip telah membuat itinerary pendakian sebagai panduan bagi kami dalam pendakian ini. Rencana awalnya pukul 5 pagi di hari pertama tersebut, kami dijadwalkan sudah berangkat dari basecamp dan berjalan paling tidak sampai pos Kandang Badak pada pukul 13.00. Namun, seperti cerita sebelumnya, rombongan beranjak dari basecamp pada pukul 6 sehingga mau tidak mau CP Ahmad mengejar ketertinggalan jadwal tersebut.

Alhasil, tim paling depan agak meninggalkan rombongan di tengah, apalagi tim sweeper yang didampingi CP Rokhan di belakang yang sampai di Kandang Badak pada pukul 15.00. Padahal, beberapa kali tim depan dan tengah sempat berkumpul untuk istirahat sambil menunggu kedatangan tim lainnya. Akhirnya tim pertama sampai di Kandang Badak sekitar pukul 12.30 untuk selanjutnya menunggu seluruh peserta berkumpul. Tim terakhir sampai tepat pukul 15.00 dan berdasarkan musyawarah dan arahan CP akhirnya diputuskan untuk rombongan membuka tenda dan menginap di pos Kandang Badak.

Camping time dan waktu bercengkrama

Mulai dari sore hingga malam hari sebagian peserta ada yang masak logistik dan sebagian  menyempatkan istirahat menyimpan tenaga untuk dini hari nanti. Ya benar, kita akan summit attack ke Puncak 3.019 mdpl dan Alun-alun Mandalawangi yang tersohor itu. Setelah makan malam, rombongan yang sebagian besar sudah lelah dikumpulkan, atau lebih tepatnya dipaksa untuk berkumpul karena kita mengadakan quality time. Jadi seperti trip-trip lainnya, tiap peserta diberi waktu untuk memperkenalkan diri dan berdiskusi agar saling mengenal.

Dari sini semakin kelihatan mana yang sebelumnya berteman, mana yang aktif, dan mana yang jones. Ahayyy… Spesialnya kedua CP kami memberi kejutan doorprize yang tiap peserta dapatkan masing-masing 1 buah alat/kelengkapan aktivitas outdoor portabel, seperti jerigen air, alat makan, raincover tas, headlamp, dan beberapa jenis lainnya. Sungguh murah hati ternyata kedua CP kami ini, haha..

Setelah pembagian doorprize adalah acara bebas, sebagian peserta yang masih lelah sedari sore langsung masuk tenda untuk tidur sementara sebagian lagi ngopi dan ngobrol santai sambil nunggu kantuk, padahal saat itu masih pukul 8 malam. Saya pun tidur pukul 9 setelah ngopi dan ngobrol beberapa lama untuk menyiapkan agenda summit esok.

Summit attack

Pukul 3 pagi, satu per satu peserta bangun untuk lanjut ke puncak sesuai kesepakatan malam sebelumnya. Setengah jam rombongan sudah siap, walau ternyata setelah diperiksa kembali hanya 20 orang termasuk CP yang lanjut ke puncak. Di perjalanan summit kami baru menyadari bahwa tracknya ternyata lebih sulit daripada track dari basecamp ke Kandang Badak.

Jadi sebetulnya beruntung saja kami sore sebelumnya memutuskan untuk ngecamp di Kandang Badak karena jalur ke puncak lebih rapat dan sesekali melewati batang pohon tumbang. Memang betul perhitungan yang matang sangat diperlukan dalam pendakian, baik jadwal, tujuan, maupun hal-hal yang kami belum prediksi sebelumnya.

Pukul 5.15 pagi matahari sudah mulai kelihatan terang di ufuk timur saat kami sesekali beristirahat  mengatur napas dan lengkapnya tim. Kami terus berjalan hingga tepat pukul 7 pagi menjumpai tugu triangulasi 3.019 mdpl dan sebuah pondok kecil yang tidak berdinding lagi.

Yes, kami sampai di puncak…!!?! Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa bagi kami yang hampir semua baru pertama kali menginjakan kaki di Puncak Pangrango ini. Di depan tugu terbentang pemandangan Gunung Gede lengkap dengan kawahnya dan terlihat jalur pendakian turun ke Alun-Alun Suryakencana yang mengarah ke Basecamp Ciputri.

Puncak Pangrango dan Alun-alun Mandalawangi

Di puncak, kami berfoto ria sambil menunggu tim di belakang sampai kurang lebih 30 menit saat mereka bergabung untuk foto bersama dan selanjutnya menuju ke Alun-Alun Mandalawangi sejauh 10 menit berjalan. Lanjut turun sedikit ke Mandalawangi lagi-lagi kami disuguhkan pemandangan yang bagus sekali, hamparan tumbuhan edelweis serta padang luas yang memanjakan mata dan pikiran sebagai ganjaran usaha kami hingga berada di tempat tersebut. Kalau kata salah satu peserta, Isna, sih “Mantul, mantap betullll..!!?!”

Kembali ke Camping Ground dan ‘Makan Mewah’

Setelah puas bercengkerama dan mengabadikan momen foto, kami turun kembali melewati puncak menuju  camp area Kandang Badak untuk bergabung bersama tim yang stay di tenda untuk sarapan dan selanjutnya membereskan semua perlengkapan sebelum pulang. Makan yang saya katakan dijama’ (makan pagi digabung makan siang) ini rupanya bisa dibilang cukup mewah di pendakian kali ini (kata mas Budi).

Dari sore sebelumnya ada yang bawa dragon ball (buah utuh melon, semangka, dan pisang), sayuran kuah, gorengan sosis dan nugget, pancake, dan beberapa lainnya tidak terlacak karena cukup banyak. Nah, untuk di siang hari jelang pulang ini selain masak masakan inti, para juru masak andal kami ternyata juga bikin es jelly campur buah. Mungkin cukup mewah lah dibanding di kos kalian, apalagi ini buatnya di gunung, haha. Sebelum perjalanan turun, tidak lupa kami berdoa demi kesehatan dan keselamatan hingga di rumah kami masing-masing.

Perjalanan turun dan pulang

Untuk perjalanan turun, saya menggeber kecepatan bersama 4 teman lainnya. Jika dari Puncak ke Kandang Badak saya bergegas hingga menghabiskan waktu 1 jam 15 menit, maka dari Kandang Badak ke warung-warung Cibodas saya menempuh 3 jam, padahal naiknya kemarin hingga 6,5 jam. Buat saya, selain jika lebih capek kalau berjalan normal, saya ingin cepat sampai buat makan karena tahu bahwa waktu untuk turun minimal akan sampai sore, sementara kami tidak lagi membawa nasi.

Akhirnya, bersama CP Ahmad, Nuning, Jeni dan Iwan kami sampai basecamp pukul 4 sore dan 20 menit kemudian tiba di warung awal tempat kami singgah. Lain lagi dengan Oliver yang lebih dulu sampai, mungkin lebih cepat setengah jam dari kami berlima. Sesampainya di warung kami beristirahat, mandi dan makan sambil menunggu rombongan lengkap pada pukul 7 malam. Setelah semua berkumpul, beristirahat dan makan, rombongan beranjak pulang sekitar pukul 9 malam untuk selanjutnya menuju sekret BPJ di Cawang, Jakarta.

Author : Ardiansyah/ @ardi_ancah

Member of BPJ #5

Editor : @kikyamaleader

 

Posting Liputan Trip Pendakian Gunung Pangrango via Cibodas ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta.



from Backpacker Jakarta https://ift.tt/2pZyOEZ
via IFTTT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertolongan Pertama Jika Tersengat Biota Laut

Meningkatnya minat wisatawan dalam negeri maupun mancanegara mengunjungi Indonesia juga berdampak terhadap meningkatnya pengunjung yang menelusuri keindahan biota laut Indonesia. Selain mempersiapkan barang bawaan, kalian juga perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang bahaya yang biasa terjadi didaerah tersebut guna mencegah jikalau ada kejadian yang tak diinginkan, salah satunya seperti tersengat binatang laut. Berikut tipsnya jika kalian tersengat binatang laut: 1. Ubur-ubur Banyak spesies ubur-ubur di Indonesia, mulai yang tak menyengat hingga yang bisa menyebabkan kematian. Ikuti langkah-langkah berikut jika tersengat ubur-ubur: Tetap tenang Keluar dari air laut Hentikan sengatan Lepaskan tentakel menggunakan kartu hindari kontak langsung Basuh dengan cuka atau backing soda, jika tidak ada gunakan air laut Basuh dengan air hangat selama kurang lebih 20 menit Balut luka dengan perban Segera ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut Note!!! Hinda

Melihat Wajah Bandar Udara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Bandara Tersibuk kedua di Kalimantan

Bandara Syamsuddin Noor adalah salah satu bandara tersibuk kedua di Kalimantan setelah Bandara Sepinggan yang ada di Balikpapan Kalimantan Timur.   Bandara Syamsuddin Noor ini berada di kota Banjarmasin yakni Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Namun sama dengan Bandara-bandara lainya dimana Lokasi Bandara Ibu Kota Provinsi berada diluar Kota karena keterbatasan lahan dan juga menghindari pusat keramaian. Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor (Inggris: Syamsuddin Noor International Airport) (IATA: BDJ, ICAO: WAOO) letaknya ada di Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan atau 25 km sebelah tenggara dari pusat Kota Banjarmasin, kota terbesar di Kalimantan, dan terletak 10 kilometer selatan-barat dari pusat Kota Banjarbaru. Jujur saat saya menginjakan kaki dibandara ini sedikit terkejut mengingat ukuran bandaranya yang sangat kecil, sempit dan sudah cukup tua, hal ininterlihat dari beberapa bangunan yang terlihat usang. Bandara Sy

Keindahan Pulau Cipir Yang Mempesona

Halo sahabat traveler! Bingung mau kemana weekend ini? Buat kalian yang sibuk dan tidak punya waktu banyak untuk berlibur, maka salah satu objek wisata ini sangat cocok menjadi bagi kamu semua. Dimana? Pulau Cipir pasti nya yang terletak di Kepulauan Seribu . Oh iya, Pulau Cipir juga dikenal dengan kata Pulau Khayangan lhoh. Untuk mengexplore tempat wisata ini hanya dibutuhkan satu hari saja dan kalian sudah bisa memanjakan diri dengan pemandangan yang eksotis mulai dari spot bagi pecinta fotography, gardu untuk melihat keseluruhan pulau dari ketinggian, serta sejarah yang tidak kalah menarik. Oh iya, jangan lupa untuk mengajak keluarga atau saudara ya guys, karena Pulau Cipir juga cocok dijadikan tempat quality time keluarga. Rute transportasi Transportasi menuju kesanapun tidak terlalu sulit, jika kalian naik busway, bisa turun di halte Rawabuaya, lalu dilanjutkan dengan menyambung mobil plat hitam ( mobil carry ) sampai di Dermaga Muara Kamal dengan biaya ongkos sebesar Rp8.000