Kali ini weekendku diisi dengan Pendakian Papandayan. Gunung aktif yang ada di daerah Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2665 Mdpl.
Berangkat menembus hujan, aku membawa carrierku menanjak bebatuan hingga sampai di Pondok Saladah dalam keadaan basah kuyupp.
Sesampainya di Pondok Saladah, badan udah kering lagi hehehe. Karena duluan sampai di camp area, aku langsung laporan ke pos dan mencari lapak untuk mendirikan tenda. Kebetulan semua tenda sudah diantar porter kesini jadi setelah mendapatkan lapak, aku dan 2 orang lainnya bergegas mendirikan tenda sambil menunggu teman teman yang lain sampai kesini.
Setelah semua lengkap, aku memesan nasi liwet untuk makan bersama. Sambil ngobrol-ng0brol ngalor ngidul yang sedikit menghibur perasaanku yang dilema kala itu.
Sore itu setelah liwetan aku merasa sedikit tidak enak badan, mungkin karena sebelumnya aku tidak berolaharga dan ini pendakian yg baru aku mulai lagi setelah mendaki terakhir ditahun 2019 ke gagahnya si Rinjani.
Walaaah, ke Papandayan aja jompo banget. Umpatku dalam hati.
Aku memasuki tenda, merebahkan badan diatas tanah berbalut matras. Aku memeluk sleeping bag yang dia pinjamkan. Dingin rasanya, sedingin perasaanku yang sedang berkecamuk memikirkan bagaimana dia disana.
Yaps, seseorang yang 2 bulanan ini menjadi salah satu-satunya support systemku. Tapi aku tidak bisa menghubunginya. Jadi, kututup sore yang sendu itu dengan kalimat “i’m missing you”.
Tidur dari sore, ngga terasa udah jam 10 malem. Aku bangun keluar tenda dan menemukan semua teman-temanku sedang makan malam, dan akhirnya aku ikut makan lalu merebahkan badan di atas hammock. Lagi-lagi aku kepikiran, aku kangen banget.
Aku ingat betul bagaimana hangatnya genggaman tangannya kala itu, beberapa jam sebelum berangkat ke garut. Sepertinya, aku begitu menyayanginya.
Perasaanku berenang menembus palung hati yang terdalam.
Hari semakin malam, aku pindah ke dekat api unggun yang dibuat oleh bang epen. Setelah itu, aku masuk ke tenda untuk beristirahat.
Selama tidur, aku sedikit kurang puless karena kesempitan wkwkkw alias gabisa bergerak dari dalam sleeping bag, plus kaki aku kedinginan karna lupa membawa kaos kaki. Tepat pukul 5 subuh, aku bangun dan keluar tenda membangunkan anak-anak yang ingin catching sunrise.
Sementara aku membuka logistik dan memanggang roti dilanjutkan dengan anak-anak yang sudah bangun dan ikut bergabung didepan tenda. Aku dan yang lain melewatkan pagi itu dengan suka cita menghabiskan semua logistik yang ada.
Usai mengenyangkan perut, aku mengikuti yang lain untuk turun kembali melalui hutan mati.
Hutan mati.
Aku dimana ?
Aku di hutan mati.
Kali ini rasanya sedikit lebih panas, tidak sedingin kemarin. Tapi ada yang berbeda. Kunyalakan smartphoneku tapi tidak ada notifikasi yang kutunggu. Ya, hari ini sangat berbeda. Sepertinya dirinya lupa bahwa aku ada.
Aku kembali termenung dihadapan Gunung Papandayan saat itu. Pikiranku menerawang menembus batas langit ketujuh.
Aku kembali mengingat betapa hangatnya genggaman tangannya beberapa hari lalu. Dan setelah itu. hari-hari tak lagi sama. Dia hilang tanpa bilang.
Sementara aku, aku melarikan diri ke hutan mati. Sama seperti perasaanku yang hampir mati. Ah sudah mati ternyata. Aku berdiri menatap sepi. langkah kakiku terhenti. Tapi perasaanku, berhenti padanya.
Aku dan dia adalah dua kepala yang tidak ditakdirkan untuk bersama. Karena hidupku adalah milikku. Sementara dia, punya real life dalam hidupnya. Jadi, jalanin saja yang sudah digariskan Tuhan. Lagi-lagi aku harus mengalah. Dan selalu kalah.
Baiklah, kembali lagi ke Hutan Mati.
Aku masih mengagumi mahakarya Tuhan yang luar biasa. Bergeser sedikit dari Hutan Mati, ada kawah terbentang yang menimbulkan bau belerang khas gunung ini.
Papandayan adalah gunung dengan segala keunikannya mulai dari cantikna edelweis, khasnya belerang, dan cantiknya hutan mati.
Kalau kamu mau kesini, kamu bisa menikmati satu paket keindahan seharga Rp. 30.000 / untuk tiket masuk .dan + Rp. 35.000 / untuk camping . Per orang yaaaa. Dan bisa langsung dilakukan onthespot tanpa reservasi online.
Jangan lupa membawa pakaian hangat karena udara disini sangat dingin.
Untuk kamu yang memiliki keterbatasan tenaga, kamu bisa juga menyewa porter dan ojek sampai ke camp area. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak main ke Papandayan!
Selamat berkunjung
Hits: 2
Posting Gunung Papandayan, Saksi Bisu Pelarianku Yang Sendu ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta.
from Backpacker Jakarta https://ift.tt/RIKWbA0
via IFTTT
Komentar
Posting Komentar