Rasanya seperti ada yang kurang pas setelah saya mengunjungi perbatasan Entikong di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Mungkin karena hati saya masih mengganjal karena belum bisa melihat perbatasan lainnya yang tak kalah kerennya yang juga ada di Kalimantan Barat yakni perbatasan Badau.
Perbatasan Badau sendiri adalah salah satu perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
Perbatasan yang baru diresmikan pada 16 Maret 2018 lalu ini merupakan perbatasan ketiga yang ada di Kalimantan Barat setelah perbatasan Entikong di Sanggau, Perbatasan Aruk Di Sambas.
Pos Lintas Batas Negara atau yang biasa disebut PLBN Terpadu Nanga Badau ini akhirnya memikat hati saya untuk dikunjungi meski untuk tiba di perbatasan ini butuh perjalanan yang amat sangat panjang.
Selain karena lokasinya yang cukup terpencil juga karena perbatasan ini masih tergolong baru, mengingat Badau baru saja diresmikan oleh pemerintah.
Akses dan Transportasi Menuju Badau
Buat kalian yang ingin ke perbatasan Badau ini ada beberapa alternatif rute yang bisa kalian pilih. Kalian bisa menggunakan jalur udara maupun jalur darat. Dari Pontianak saya menggunakan pesawat ddara menuju Kota Putussibau yakni ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu.
Dari Bandar Udara Supadio Pontianak saya naik pesawat Nam Air menuju bandara Pangsuma Puttussibau. Selain Nam Air ada juga pesawat lainya yang bisa kalian pilih seperti pesawat Susi, Garuda atau Wings.
Selain melalui jalur udara, sebenarnya kalian juga bisa memilih jalur darat dengan naik bus menuju kota Putussibau.
Busnya sendiri biasanya dari kota Pontianak atau Terminal Antar Lintas Bangsa Negara yang ada di Kubu Raya, tetapi dengan waktu tempuh yang cukup lama yakni lebih dari 11 jam perjalanan.
Biasanya Bus ini akan mengantarkan penumpang dengan berbagai rute baik ke kota Sintang ataupun kota Putussibau, jadi ada cukup banyak kendaraan yang bisa kalian pilih.
Sebelum menuju perbatasan Badau, saya mencari penginapan terlebih dahulu untuk meletakan barang-barang yang lokasinya dekat dengan bandara Pangsuma Kota Puttusibau.
Beruntung tak butuh waktu lama akhirnya saya mendapatkan sebuah penginapan bersih bernama Penginapan Firdaus dengan harga yang cukup murah yakni sekitar Rp 200.000 untuk dua orang dengan fasilitas AC dan compliment Sarapan.
Mengingat dikota Putussibau sendiri tidak tersedia penyewaan atau Rental Motor, akhinya saya memberanikan diri untuk menyewa motor pemilik penginapan. Ya tentunya harus melalui perdebatan yang cukup alot dulu hingga akhirnya saya dipinjamkan juga seharga a Rp 100.000 dengan jaminan Passpor (tanpa bensin).
Perjalanan menuju Perbatasan Badau
Perjalanan saya dimulai dari penginapan Firdaus kota Putussibau menuju Perbatasan Badau. Dengan hanya bermodalkan maps dan keberanian, motorpun melaju kencang menembus keramaian dan perlahan meninggalkan kota.
Oh ya jangan lupa isi bensin full sebelum jauh menuju ke perbatasan. Meski bensin tidak tergolong susah didapatkan namun wajib tetap waspada karena kita akan melewati hutan yang tak ada penduduknya.
Selama diperjalanan saya merasakan haru yang luar biasa karena bisa melihat langsung kehidupan asli masyarakat dipedalaman kalimantan yang jauh dari kota dan melintasi jalanan aspal yang sepi menembus lebatnya hutan Kalimantan.
Namun kalian gak perlu khawatir karena jalanya sendiri sangat bagus, lebar dan banyak papan petunjukanya. Sepanjang jalan juga kita akan disuguhi pemandangan rumah Adat Bentang yakni rumah adat dayak Kalimantan Barat beserta pemandangan alam hutan, perbukitan, hingga Danau Sentarum yang sangat indah.
Butuh waktu sekitar 4 jam lebih hingga akhirnya saya tiba juga di Kawasan Badau Perbatasan Indonesia dan Malaysia. Saya sendiri seperti tidak percaya bisa juga tiba di tempat ini.
Kekaguman saya semakin bertambah saat melihat betapa megahnya bagunan di area perbatasan. Tak hanya megah, perpaduan etnik dan seni yang menghiasi semua bangunan ditempat ini membuatnya terlihat sangat keren.
Fasilitas di Perbatasan Badau
Perbatasan ini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum dan fasilitas pendukung lainya seperti ATM, Mushola, penginapan dan Terminal menuju kota Putussibau atau ke Malaysia.
Selain itu ada Bangunan Utama PLBN, Pos Lintas Kendaraan Pemeriksaan, Bangunan Pemeriksaan Kargo, Bangunan Utilitas, Monumen, Gerbang Kedatangan dan Keberangkatan dan bangunan lainnya.
PLBN Badau juga sudah dilengkapi taman yang hijau dengan beraneka warna Bunga yang semakin mempercantik kawasan perbatasan Badau seluas 8,8 Hektar.
Sebuah Tugu Garuda juga sudah dibangun tepat di depan bangunan utama saat Pelintas dari Malaysia hendak masuk kearea Pengecapan dan pemeriksaan. Ahhhhh, indah deh dipandang mata.
Kini Perbatasan Badau juga tak hanya menjadi kawasan perbatasan saja tetapi juga telah menjelma menjadi tempat wisata bagi kedua negara.
Setiap yang melintas pasti akan mengabadikan moment di perbatasan ini terlebih dahulu bahkan banyak yang sengaja datang hanya untuk berfoto ditempat keceh ini termasuk saya sendiri.
Buat kalian yang hanya ingin berfoto saja dan melintas hingga ujung gerbang perbatasan, kalian tak perlu mencap atau membawa paspor.
Cukup meminta izin ke petugas dan mengisi daftar tamu maka kalian suda bisa melintas dan berfoto ria. Ahh, bahagia rasanya saya bisa melihat perbatasan lainya di Kalimantan Barat. Next saya akan berkunjung ke Perbatasan Aruk di Sambas.
editor : @kikyamaleader
Posting Kerennya Perbatasan Badau di Kapuas Hulu, Perbatasan Indonesia dan Malaysia ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta.
from Backpacker Jakarta https://ift.tt/2DxYaTi
via IFTTT
Komentar
Posting Komentar