Aku mendamba kesejukan embun pagi, mendamba keharuman tanah gunung yang lestari, mendamba nyanyian lembut bunga edelweis yang menari di terpa angin dingin, mendamba lukisan karya Ilahi yang membentang luas yang bahkan keindahan itu tak akan sirna meski tak habis-habisnya lidah mengagungkan nama dan kebesaranNya.
Sebuah catatan yang kutoreh dengan penuh sukacita melalui perjalanan malam yang sangat mengasyikan bersama Backpacker Jakarta bisa dikatakan menjadi pengalaman yang ga terlupakan.
Pengalaman seru pendakian bareng temen-temen yang mana diantara banyak yang belum dikenal. Bahkan banyak diantara kami yang akhirnya menjadi teman akrab dari pendakian ini.
Mengenakan biaya sharecost sebesar Rp315.217,-(member) dan Rp325.217,-(nonmember), pendakian Gunung Sindoro kali ini digawangi oleh Inu dan Vikry dengan membawa kurang lebih 29 peserta lainnya beserta tim backup yakni Steven, Afri, Ijal dan Debi.
Peendakian Gunung Sindoro Part #6 bersama Backpacker Jakarta dimulai dari meeting point pada hari Jumat malam 20/7/18 sekitar pukul 21.30 di Sekretariat Backpacker Jakarta di UKI. Setelah lengkap semua peserta, bis melaju tanpa hambatan menuju Kledung, Wonosobo.
Pak supir memacu dengan keahliannya oleng kiri-kanan diiringi musik dangdut bervolume over dosis yang membuat tidur kami jadi berantakan. Tapi setidaknya kami jadi lebih waspada dan selalu terjaga hingga tiba di Basecamp Kledung, Sabtu pagi, 21/7/18 sekitar pukul 09.30.
Basecamp => POS 1
Kami segera melakukan registrasi, repacking, pembagian bawaan kelompok, makan siang, ke toilet, lalu doa bersama sebelum pendakian dimulai dipimpin oleh CP yang luar biasa.
Oya, Bapak warung di Basecamp berpesan, “jangan lupa membaca Al-Fatehah 3x, permisi-permisi kalau mau buang air, wanita yang sedang halangan jangan muncak yaaa!” Kami jawab, “siaap, Pak! Mohon doanya yaaa!”
Perjalanan menuju Pos 1 dimulai dengan menggunakan ojek. Ngeeeeeng…abang ojek nge-gas di jalan yang berbatu-batu. Rasanya seperti naik kuda. Kuda liar. Antara ingin ketawa dan takut sudah tercampur rata.
Tipsnya : banyak-banyak doa dan ga usah gengsi pegangan ke si abang ojek karena goncangannya bikin kita terpental-pental dari jok! Dan begitu sampai, siapapun akan menghela nafas panjang tanda lega yang teramat sangad! Hahaha… setidaknya itu mewakili kata-kata : “sumpah gue ngeriii!”
POS 1 => POS 2
Setelah menyamakan ritme debaran jantung dengan nafas akibat atraksi ojek, dan semua peserta sudah berkumpul, pendakian di mulai. Kami menyusuri jalan tanah yang cukup menanjak.
Kiri kanan pepohonan dan semak belukar. Sesekali berhenti untuk mengatur nafas dan carier. Biasa deh, awal-awal pendakian masih butuh penyesuaian langkah, nafas dan beban bawaan.
Setelah terbiasa, langkah akan lebih ringan. Awan dilangit mulai bersahabat, menutupi sinar matahari yang sangat menyengat sehingga perjalanan ini sangat teduh dan nyaman.
Jalan masih terus menanjak dan menanjak. Sesekali menemukan pohon yang tumbang dan lumayan bagus untuk merayakan rasa lelah dengan berfoto sambil beristirahat.
Setelah berjalan sekitar 1-2 jam, kami tiba di Pos 2 ± 1,980mdpl. Istirahat sejenak sebelum melanjutkan ke Pos 3.
POS 2 => POS 3
“Ayo lanjut! Yang sudah selesai istirahat jalan lagi! Yang bawa tenda, jalan duluan!” Bang CP mulai memberi instruksi. Yes! Semangat! Pendakian babak kedua dilanjutkan.
Tracking mulai lebih sulit. Selain lebih menanjak, jalur mulai di dominasi oleh bebatuan segala ukuran. Belum lagi kerikil-kerikil kecil yang sering kali membuat langkah kami tergelincir. Bukan masalah, justru disini letak nikmatnya. Kabut perlahan turun.
Angin dingin yang sejuk mulai menerpa. Pohon-pohon lamtoro terlihat anggun dalam kepungan kabut putih yang bersahaja. Semakin tinggi, tracking semakin menantang. Ga menyurutkan semangat, saling memotivasi di selingi canda dan tawa ringan.
Matahari masih bersinar terang ketika kami tiba di POS 3, ± 2.315mdpl. Sudah sampai? Belum. Sedikit lagi. Hahaaay.. istirahat sebentar, lanjut! Harus tiba di Sunrise Camp sebelum gelap.
POS 3 => SUNRISE CAMP
Di Pos 3 mendapat kabar bahwa area Sunrise Camp sudah penuh. Wow, ternyata para pecinta gunung, perindu ketinggian sudah ada yang lebih gerak cepat dari kami ya?
CP memberi instruksi agar yang membawa tenda atau siapapun yang tiba lebih dulu segera mencari lokasi mendirikan tenda. Disusul oleh pembawa logistik. Alhamdulillah Backpacker Jakarta mendapat area yang bagus tak jauh dari Sunrise Camp.
Sekitar pukul 16.00 di area camp. Dengan sigap, teman-teman pria mendirikan tenda. Beberapa mulai mempersiapkan kompor, nesting dan mulai meracik-racik makanan. Tenda telah berdiri sempurna dan tertata berdekatan.
Hari makin sore, udara makin dingin. Para barista dadakan mulai unjuk kebolehannya membuat kopi. Kopi gayo, kopi lampung, kopi saset dan apapun yang berjudul k o p i. Chef-chef dadakan pun mulai menghasilkan beberapa telur dadar, nasi liwet, sayur sop dan aneka gorengan.
Sementara peserta lain ada yang sudah ganti baju, persiapan bobo manis menjelang gelap karena butuh mengistirahatkan badan untuk sasaran utama : hunting sunrise dan summit besok pagi.
Setelah makan malam, kami segera beristirahat. Memanfaatkan waktu se’efisien mungkin. Rasa kantuk dan lelah mengantar ke alam mimpi, rasa dingin yang menusuk ga terpikir lagi. Hanya satu hal yang terpenting : t i d u r.
SUNRISE CAMP => POS 4
Minggu, 22/7/18. “Banguuun! Banguuuun! Sudah jam 3 pagi. Ayo yang mau summit segera bersiap-siap!” Tanpa siaran ulangan, kami langsung bersiap-siap. Roti buat sarapan telah disediakan oleh para chef yang baik hati. Minuman hangatnya belum…hahaha.
Ga masalah. Setelah sarapan seadanya, kami berkumpul, absen dan berdoa bersama lalu memulai pendakian pukul 03.30. Untuk pendakian ini, wajib membawa bekal pribadi berupa roti atau biskuit dan 2 botol aqua : 1 botol untuk naik dan 1 botol untuk turun.
CP pun sudah menginformasikan, di atas sana tidak ada air. Kalau ada yang malas membawa air, artinya akan memberi kesulitan kepada orang lain…. hehehehe. Jangan gitu ya!
Pendakian saat gelap benar-benar seru! Dengan bantuan headlamp kami menyusuri tracking yang lebih parah. Jalur semakin menanjak dengan kemiringan 45º bahkan terkadang lebih. Adakalanya harus melalui jalur bebatuan yang harus dipanjat dengan gaya spiderman.
Sungguh menantang! Dan ini asyik! Seleksi alam terjadi. Buat pendaki enerjik bertenaga kuda, mereka akan secepat kilat melahap jalur dengan hebatnya. Dan untuk saya dan dua sahabat tercinta, faktor usia tidak bohong, hahahaha!
Kami bertiga adalah tiga emak-emak siput atau keong yang selalu memberi jalan kepada para pendaki muda nan perkasa… dengan kata lain, kami mengukur diri, kemampuan dan kesanggupan. Biar lambat asal sampai.
Adzan subuh mengalun merdu, mengangkasa di keheningan Gunung Sindoro, menggetarkan hati untuk menghadap sejenak kepadaNya. Kerlap-kerlip kecil lampu rumah penduduk terhampar mewah di bawah sana, seperti permata yang indah bertebaran.
Bintang-bintang dilangit berkedip malu-malu, memberi tempat bagi semburat merah muda yang perlahan menyeruak kegelapan. Matahari akan segera terbit, perlahan. Pelan. Sunrise.
Bayangan Gunung Sumbing di seberang mulai nampak jelas, menjulang penuh wibawa. Di kejauhan Merapi dan Merbabu masih diselimuti kabut. Sungguh keindahan ini tak terlukiskan. Allahu Akbar!
Pendakian masih berlanjut. “Kaki gue keram nih. Sakit banget. Ga kuat kalo sampai atas.” Sahabatku tercinta dalam masalah. “Ya sudah gapapa. Kita sampai sini aja. Tapi tunggu, gue ingin lihat ada apa di atas sana, ” kataku.
Dan ternyata di atas sana, sekitar 200meter ketinggian, bendera merah putih sedang berkibar. “Ayo maaak! Sedikit lagi sampe, kita jalan pelan-pelan sampai situ aja!”
ujarku memberi semangat. Tiba-tiba seekor burung sebesar burung merpati hinggap di batu tak jauh dariku. Seolah-olah ikut memberi semangat. Ia loncat dari satu batu ke batu di atasnya.
Sambil sesekali berkicau, seolah-olah menuntun langkah kami. Ya, Allah menyenangkan sekali. Tak terasa, akhirnya kami sampai juga di bendera itu : POS 4, 2.838mdpl. Alhamdulillah. Waktu menunjukan pukul 6.30.
Kami bertiga Andrea, Meilie, Vivit didampingi CP yang sabar Bang Vikry, beristirahat di sini. Mengistirahatkan kaki Mak Andrea yang kram akut dan kaku. Dan pendakian kami terhenti sampai disini saja, menemani sahabat tercinta sambil mengambil beberapa gambar.
Tidak sampai di Puncak sindoro tidak apa-apa, yang terpenting adalah tetap berada dalam satu kelompok kecil, saling mendukung dan memotivasi.
Apalagi masih menghadapi tantangan selanjutnya : perjalanan turun ke camp! Tetap butuh stamina untuk turun, dan ini telah kami perhitungkan mengingat kami lambat, jika naik akan memakan waktu dan tenaga.
Kalaupun turun duluan dari pos 4 pasti akan tersusul juga. Jangan sampai nantinya malah merepotkan orang lain dengan segala keterbatasan kami ini. Terima kasih Bang Vikry yang sudah sangat sabar dan setia menemani tiga emak-emak bawel dan lamban ini. Hahahaha..
Pukul 07.30 kami ber-4 memutuskan untuk turun duluan setelah mendapat ijin dari Bang Inu – CP yang sudah ada di Puncak Sindoro.
Hari sangat cerah. Tracking yang kami lalui saat gelap pagi tadi mulai terlihat jelas, terpampang nyata. Ternyata bukan main terjalnya.
Luar biasa. Harus ekstra hati-hati. Terjal, licin dan berdebu. Jika jalur terlalu curam, lebih baik perosotan karena rawan terpeleset.
Dan ini adalah perosotan terpanjang dan tertinggi yang pernah ada di hidup ini. Tiba di camp segera packing untuk melanjutkan turun ke basecamp.
Pukul 11.00 semua sudah tiba di camp area. Aku, Andrea dan Meilie minta izin untuk turun ke basecamp duluan. Toh nanti tersusul juga. Hehehehe. Pukul 11.30 kami bertiga turun.
Basecamp Sindoro
Singkat cerita, kami semua sampai dengan selamat tak kurang satu apapun sampai tiba di Basecamp. Semua lelah namun kegembiraan terpancar melalui wajah-wajah dekil penuh debu. Sekujur badan dipenuhi debu.
Seluruh pendaki tiba di Basecamp sekitar pukul 15.30 dan segera membersihkan badan, repacking, dan bersiap kembali ke Jakarta.
Pukul 16.30 semua sudah berada dalam bis, di absen ada semua, kami pulang. Sama seperti berangkat, pak supir yang spesialis oleng kiri–kanan memacu bis dengan penuh percaya diri. Kali ini kami bisa tidur nyenyak diperjalanan karena lelah seratus persen.
Senin pagi, 23/7/18 pukul 04.30 kami tiba di Sekretariat Bacpacker Jakarta, UKI, Cawang. Alhamdulillah. Kita semua berpisah di sini. Kembali ke aktifitas dan rutinitas masing-masing.
Terima kasih buat semua teman-teman dan Bang CP serta team pendukungnya. Selamat buat semua teman-teman yang summit. Pendakiannya sangat sukses, kompak dan luar biasa. Sampai jumpa di trip lainnya!
Testimoni Pendakian Sindoro #6
Dari Kallia
Kali ini saya merasakan pendakian yang seru bareng dengan BPJ, seru karena para CP yang sabar dan peserta saling bahu membahu buat sampai di pos dan summit.
Memang ada kakaK-kakak saya yang ketjeh yang belum mampu summit (tim tante-tante emesh) yang hanya mampu mencapai pos 4, tapi saya salut sama mereka di usia yang tidak lagi muda tapi mampu sampai pos 4 dan tidak merepotkan.
Penyemangatnya adalah berfoto. Thanks buat para cepeh keren and tim back up ( bang inu, vikry, ephen, debi, ijal and afri)…see you on another trip.
Tante Andrea
Bang…..trip sindoro kemarin gw suka karena CP and team back up nya kompak ama peserta. Trus bertanggung jawab sabar menghadapi peserta apalagi menghadapi tante-tante emes wkwkwkkwkwk.
Author : Vivit Harumsyah BPJ#17 Editor : @febe_shinta
Posting Liputan Trip Pendakian Sindoro Part #6 Bersama Backpacker Jakarta ditampilkan lebih awal di Backpacker Jakarta.
from Backpacker Jakarta https://ift.tt/2O0X9o4
via IFTTT
Komentar
Posting Komentar